Kutawaringin Kawasan Olahraga Terpadu


Headline

Jl. Raya Soreang-Cipatik KM. 5,8
Email: kutawaringin@gmail.com
Phone/Fax: +62 22 85873789

Kutawaringin

17 Juni 2009

Kampanye Saling Serang

MASA kampanye pemilihan presiden kini telah memasuki pekan ketiga. Dengan berbagai cara, para capres/cawapres beserta tim sukses masing-masing berkampanye untuk merebut simpati pemilih yang diperkirakan mencapai 176 juta orang.

Meski telah memasuki lebih dari setengah masa kampanye, publik belum disuguhi kampanye yang berkualitas dan bermartabat. Yang ditebar justru racun politik yang tidak sehat bagi rakyat lewat kampanye saling serang dan saling klaim kesuksesan.

Padahal, tim sukses ketiga capres maupun cawapres telah berjanji tidak ingin larut dalam strategi saling serang. Mereka berkomitmen untuk menghindari konflik dan menjatuhkan citra lawan. Bahkan, para capres dan cawapres dalam berbagai kesempatan juga lantang mengumandangkan hal serupa.

Namun, fakta berbicara lain. Saling sindir, saling menjatuhkan, saling menjelek-jelekkan, saling klaim keberhasilan menjadi menu utama kampanye para capres/cawapres beserta tim sukses masing-masing.

Sejumlah isu pun disodorkan ke ruang publik mulai dari masalah neolib, kuda seharga miliaran rupiah, pengusaha menjadi penguasa, jilbab, hingga sejarah kelam masa lalu. Bahkan, isu berbau SARA pun ikut terangkat. Lantaran sudah menyerempet ke persoalan sensitif, salah satu pasangan capres/cawapres terpaksa mencopot dua penyokongnya dari tim kampanye nasional.

Kampanye saling serang tidak cuma giat dilakukan anggota tim sukses capres, para kandidat pun getol melakukannya. Capres Partai Demokrat SBY, misalnya, di Kupang Minggu (14/6), menyebutkan visi dan misinya yang menolak kapitalisme untuk menepis tudingan neolib.

SBY pun mengobral wacana, "Kita tidak suka kapitalisme global. Kita juga tidak ingin ada kapitalisme rambut hitam." SBY kemudian menambahkan, "Kalau janji, semua orang bisa; saya lebih baik, saya lebih cepat. Jangan terlalu mudah bikin janji."

Pada saat yang sama, capres Partai Golkar dan Hanura Jusuf Kalla di Padang mengatakan moto 'lebih cepat, lebih baik' sangat diperlukan untuk mengejar ketertinggalan bangsa ini dari negara-negara tetangga.

Lain halnya dengan capres PDIP dan Gerindra Megawati Soekarnoputri. Saat kampanye di Malang, Jawa Timur, Minggu (14/6), Mega mengklaim keberhasilan Jembatan Suramadu. "Yang buat tiang pancangnya itu adalah Ibu Presiden Megawati. Sekarang, jangan dilihat jembatan sudah jadi dan berdiri megah, tapi siapa yang mengawali."

Kampanye adalah bagian dari pendidikan politik. Melalui kampanyelah mestinya tiap calon presiden/wakil presiden mengedepankan visi, misi, dan program masing-masing. Seranglah visi, misi, dan program itu dengan data dan argumentasi yang cerdas.

Tapi yang terjadi justru kampanye negatif, baik yang dikemas dalam bentuk berita, iklan politik, maupun 'talk show', yang sangat jelas tidak memberikan pendidikan politik kepada publik. Rakyat tidak dibuat cerdas dengan kampanye jorok itu.

Publik semestinya diberi ruang pilihan, mana program yang terukur dan terarah beserta alternatif kebijakan yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak serta mampu mengejar ketertinggalan dari bangsa lain. Bukan dengan adu kampanye negatif, menjatuhkan saingan dengan segala cara. Itu kekanak-kanakan. Malu ah....

Pengikut

Sponsor

 

Copyright © 2009 by Kecamatan Kutawaringin Powered By Blogger Design by ET