Kutawaringin Kawasan Olahraga Terpadu


Headline

Jl. Raya Soreang-Cipatik KM. 5,8
Email: kutawaringin@gmail.com
Phone/Fax: +62 22 85873789

Kutawaringin

12 Oktober 2009

"Memakai Limbah Batu Bara, Lebih Irit..."

BANYAK kalangan yang mengeluhkan limbah batu bara. Hal ini disebabkan limbah tersebut masuk dalam kategori bahan beracun dan berbahaya (B3). Penggunaan batu bara sebagai bahan baku pembangkit listrik di pabrik-pabrik belakangan ini memang semakin meluas, karena dinilai lebih murah daripada membeli listrik PLN. Suara yang kontra terhadap batu bara pun makin nyaring.

Namun, tidak demikian dengan para pengusaha batako di Kampung Gandasoli, Desa Gandasari, Kec. Katapang, Kab. Bandung. Mereka merasa terbantu dengan adanya limbah batu bara.

Bila memakai pasir sebagai bahan baku pembuat batako, mereka harus membeli Rp 450.000,00/truk. Namun, bila menggunakan limbah batu bara, mereka cukup mengeluarkan Rp 150.000,00/truk. "Sejak tahun 2003, pengusaha batako di Gandasari sudah memakai limbah batu bara sebagai pengganti pasir," kata salah seorang pembuat batako, Pepep, di tempat kerjanya, Minggu (11/10).

Menurut Pepep, pengusaha batako di Gandasoli belajar dari rekannya sesama pembuat batako di Desa Nanjung, Margaasih, yang lebih dulu memakai limbah batu bara. "Ternyata memakai limbah batu bara lebih irit. Kami juga mengurangi dampak limbah dengan memanfaatkannya sebagai bahan pembuat batako," ucap Pepep yang sudah dua puluh tahun menggeluti usaha pembuatan batako.

Limbah batu bara diperolehnya dari pabrik-pabrik di Kab. Bandung. "Setiap bulan kami dikirim sepuluh truk. Kalau sudah habis, bisa pesan lagi," katanya.

Sampai saat ini, Pepep mengaku tidak merasakan dampak limbah batu bara terhadap kesehatannya. "Sama saja dengan pasir, limbah batu bara tidak menimbulkan gatal-gatal atau perih pada kulit," katanya.

Kelebihan lain dari limbah batu bara, menurut Pepep, membuat tekstur batako menjadi lebih hitam. "Kalau dilihat sepintas, limbah batu bara membuat batako lebih hitam sehingga terkesan lebih kuat dan kokoh," ujarnya.

Hanya, pemakaian bahan baku kapur untuk campuran pembuat batako, menjadi lebih boros. "Kalau memakai pasir dari Majalaya atau Cimalaka, Sumedang, pemakaian sekarung kapur isi 25 kg cukup untuk 350 batako. Tetapi dengan limbah batu bara, sekarung kapur hanya cukup untuk membuat 125 batako," katanya.

Pepep menjual satu batako seharga Rp 380,00, bila pembeli ingin mengangkut sendiri. "Kalau mau dikirim, ditambah dengan ongkos angkutan yang besarnya tergantung jarak. Bila jarak dekat seperti Katapang, Soreang, atau Banjaran, maka harga batako menjadi Rp 470,00/buah," katanya.

Setiap hari Pepep dan lima belas pekerja lainnya, mampu menghasilkan sekitar 4.500 batako. "Sedangkan upah dihitung secara borongan, yakni Rp 70,00/batako atau sekitar Rp 25.000,00/hari karena seorang pekerja bisa mencetak sampai 350 batako per harinya," katanya. (Sarnapi/"PR")***

Comments :

1
ade mengatakan...
on 

klo skarang harga batako berapa ea?

Posting Komentar

Pengikut

Sponsor

 

Copyright © 2009 by Kecamatan Kutawaringin Powered By Blogger Design by ET