SOREANG, (PR).-
Jalan Raya Kertasari, tepatnya di Kampung Neglasari, Desa Cibeureum, Kec. Kertasari, Kab. Bandung, kembali tertutup longsoran tanah dan lumpur akibat hujan deras, Kamis (19/11). Peristiwa longsor dan banjir lumpur tersebut memang sering terjadi saat hujan deras mengguyur wilayah Kertasari.
"Setiap hujan besar dua sampai tiga jam, pasti terjadi longsor dan tanahnya menutupi badan jalan. Akibatnya, kendaraan tidak bisa lewat," kata Camat Kertasari, H. Maksum, ketika dihubungi melalui telefon, Kamis (19/11).
Menurut Maksum, Rabu (18/11) lalu terjadi longsor di Kampung Neglasari dan Kampung Pasirmunding, Desa Cibeureum, sehingga sempat memutuskan arus lalu lintas, khususnya di Pasirmunding. "Kalau jalan di Neglasari tertutup tanah longsor, masih ada jalan alternatif. Tetapi kalau longsor terjadi di Pasirmunding, arus lalu lintas bisa terputus sama sekali karena tidak ada jalan alternatif," ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, akibat hujan deras pada Rabu siang (18/11), Jalan Raya Kertasari tertutup longsoran tanah dan lumpur. Aktivitas masyarakat sempat terganggu karena longsor itu menutup badan jalan menuju Kertasari, baik dari arah Pacet maupun Pangalengan.
Maksum mengatakan, banyaknya warga yang bertani dan bersawah di daerah terjal dan gundul, membuat wilayah Desa Cibeureum sangat rawan longsor. "Setiap turun hujan deras cukup lama, antara dua sampai tiga jam, pasti terjadi longsor," katanya.
Kirim lumpur
Camat Kertasari tidak menyangkal bila longsor dan tingkat erosi yang tinggi di daerahnya menjadi penyebab banjir lumpur di wilayah Kec. Majalaya. "Namun banjir lumpur yang sering terjadi di Majalaya kemungkinan besar juga kiriman dari kecamatan-kecamatan di sekitar Majalaya, seperti Ibun dan Paseh," ujarnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, kata Maksum, lahan pertanian komoditas hortikultura di daerah perbukitan terjal Cibeureum harus direlokasi, dan pemiliknya diberi kompensasi. "Bisa saja pihak PT Perkebunan VIII maupun Perhutani menyediakan lahan pengganti di daerah yang tidak terlampau terjal," katanya.
Alternatif lain yang bisa dilakukan adalah alih komoditas, dari sayur mayur ke komoditas lain seperti kopi atau tanaman keras lainnya. "Namun sangat sulit mengubah pemikiran masyarakat agar mau beralih komoditas. Sebab, banyak petani yang menggantungkan hidupnya dari bertani sayur mayur yang waktu tanam sampai panennya cukup singkat. Sedangkan kalau menanam kopi, misalnya, baru bisa dipanen setelah tiga tahun," katanya.
Tumpang sari
Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan (Distanhutbun) Kab. Bandung, Tisna Umaran mengatakan, pihaknya sudah mencoba untuk mengembangkan tanaman kopi di berbagai daerah dengan sistem tumpang sari, termasuk di Kertasari.
"Sambil menunggu kopi panen pada tahun ketiga, petani masih bisa menanami lahannya di sela-sela tanaman kopi untuk sayur mayur. Tapi kalau mau menanam kopi, otomatis petani juga harus menanam tanaman keras sebagai pelindung," katanya.
Selain itu, Distanhutbun juga mencoba mengenalkan tanaman obat-obatan maupun tanaman hias agar ditanam di pekarangan rumah warga. "Diharapkan dengan penanaman kopi, tanaman obat-obatan, maupun tanaman hias, bisa mengurangi erosi. Petani tetap memperoleh penghasilan dari tanaman sayur mayur," katanya. (A-71)***
Comments :
0 komentar to “Jalan Kertasari Tertutup Lumpur”
Posting Komentar