Tubuh kurus Fadli Sobarna (2) tergolek lemah di atas tempat tidur di ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soreang, Kab. Bandung, Selasa (16/6). Selang penyalur cairan makanan dipasang melalui hidungnya. Sesekali bibirnya mengecap tiap kali cairan makanan terasa di indranya.
Sudah dua hari Fadli menginap di kamar tersebut sejak ia dibawa aparat Desa Jatisari, Kecamatan Cangkuang, serta pegawai Dinas Kesehatan Kab. Bandung dari rumahnya, Senin (15/6). Sepertinya, hingga beberapa bulan mendatang, kamar yang harus dibaginya dengan lima pasien lain tersebut akan menjadi rumah keduanya.
Kepala Subbagian Program dan Kehumasan RSUD Soreang Mahendrawan mengatakan, butuh waktu perawatan cukup lama untuk menyembuhkan Fadli hingga mencapai berat tubuh yang ideal untuk anak seusianya. Sebab, saat dibawa ke RSUD Soreang, kondisinya terbilang sudah parah. Berat badannya hanya mencapai 6,3 kg. Padahal untuk balita seusianya, berat badan normal berkisar antara 9,9 kg hingga 12,3 kg.
"Untuk itu, kita berikan dia makanan dalam bentuk cair yang disalurkan melalui selang. Pemberian makanan cair tersebut akan dihentikan bila Fadli sudah mampu menerima makanan yang lebih lunak. Memang akan memakan waktu lama, tetapi kami akan merawatnya dengan sebaik-baiknya, semampu kami," kata Mahendrawan.
Meski demikian, Mahendrawan menyebutkan, kondisi Fadli sudah cenderung membaik dibandingkan dengan saat baru tiba ke RSUD Soreang. Kini Fadli sudah bisa berkomunikasi dengan orang lain, meski sebatas ucapan-ucapan tanpa arti.
Seperti saat "PR" datang menjenguk, senyum lebar sesekali menghiasi wajahnya yang tinggal berupa kulit membalut tulang. Setelah sejumlah makanan cair tersalur ke dalam tubuhnya, perlahan Fadli pun tertidur. Di sampingnya, Ade Margandi (42), sang ayah, dengan sabar menungguinya.
Menurut Ade, berat badan anak bungsunya terus menurun secara perlahan sejak enam bulan lalu. Ia menduga, tidak adanya pasokan ASI yang diberikan sang ibu menjadi penyebab merosotnya bobot tubuh Fadli.
"Istri saya berangkat ke Arab Saudi untuk bekerja di sana. Ia pergi saat Fadli masih berusia empat bulan. Sejak saat itu, Fadli hanya diberi susu kaleng," katanya.
Sejumlah makanan bayi diberikan Ade kepada anaknya setelah menerima uang kiriman sang istri tiba. Namun itu hanya sekali karena selama istrinya bekerja di Arab Saudi, ia baru sekali mengirim sejumlah uang buat anaknya.
Jika sudah demikian, Ade hanya sanggup memberi makan Fadli apa yang ada sebab, Ade tidak memiliki pekerjaan tetap. Ia dan keluarganya pun hingga saat ini masih menumpang hidup di rumah orang tuanya.
Sementara itu, Onah (70), nenek Fadli yang tinggal bersamanya menyebutkan, selama enam bulan terakhir, cucunya itu selalu memuntahkan makanan yang diberikan kepadanya. "Diberi bubur pun selalu dimuntahkan kembali. Saat tidur, kadang-kadang ia terbangun dan menangis. Mungkin karena badannya merasa sakit," kata Onah. (Riesty Yusnilaningsih/"PR")***
Sudah dua hari Fadli menginap di kamar tersebut sejak ia dibawa aparat Desa Jatisari, Kecamatan Cangkuang, serta pegawai Dinas Kesehatan Kab. Bandung dari rumahnya, Senin (15/6). Sepertinya, hingga beberapa bulan mendatang, kamar yang harus dibaginya dengan lima pasien lain tersebut akan menjadi rumah keduanya.
Kepala Subbagian Program dan Kehumasan RSUD Soreang Mahendrawan mengatakan, butuh waktu perawatan cukup lama untuk menyembuhkan Fadli hingga mencapai berat tubuh yang ideal untuk anak seusianya. Sebab, saat dibawa ke RSUD Soreang, kondisinya terbilang sudah parah. Berat badannya hanya mencapai 6,3 kg. Padahal untuk balita seusianya, berat badan normal berkisar antara 9,9 kg hingga 12,3 kg.
"Untuk itu, kita berikan dia makanan dalam bentuk cair yang disalurkan melalui selang. Pemberian makanan cair tersebut akan dihentikan bila Fadli sudah mampu menerima makanan yang lebih lunak. Memang akan memakan waktu lama, tetapi kami akan merawatnya dengan sebaik-baiknya, semampu kami," kata Mahendrawan.
Meski demikian, Mahendrawan menyebutkan, kondisi Fadli sudah cenderung membaik dibandingkan dengan saat baru tiba ke RSUD Soreang. Kini Fadli sudah bisa berkomunikasi dengan orang lain, meski sebatas ucapan-ucapan tanpa arti.
Seperti saat "PR" datang menjenguk, senyum lebar sesekali menghiasi wajahnya yang tinggal berupa kulit membalut tulang. Setelah sejumlah makanan cair tersalur ke dalam tubuhnya, perlahan Fadli pun tertidur. Di sampingnya, Ade Margandi (42), sang ayah, dengan sabar menungguinya.
Menurut Ade, berat badan anak bungsunya terus menurun secara perlahan sejak enam bulan lalu. Ia menduga, tidak adanya pasokan ASI yang diberikan sang ibu menjadi penyebab merosotnya bobot tubuh Fadli.
"Istri saya berangkat ke Arab Saudi untuk bekerja di sana. Ia pergi saat Fadli masih berusia empat bulan. Sejak saat itu, Fadli hanya diberi susu kaleng," katanya.
Sejumlah makanan bayi diberikan Ade kepada anaknya setelah menerima uang kiriman sang istri tiba. Namun itu hanya sekali karena selama istrinya bekerja di Arab Saudi, ia baru sekali mengirim sejumlah uang buat anaknya.
Jika sudah demikian, Ade hanya sanggup memberi makan Fadli apa yang ada sebab, Ade tidak memiliki pekerjaan tetap. Ia dan keluarganya pun hingga saat ini masih menumpang hidup di rumah orang tuanya.
Sementara itu, Onah (70), nenek Fadli yang tinggal bersamanya menyebutkan, selama enam bulan terakhir, cucunya itu selalu memuntahkan makanan yang diberikan kepadanya. "Diberi bubur pun selalu dimuntahkan kembali. Saat tidur, kadang-kadang ia terbangun dan menangis. Mungkin karena badannya merasa sakit," kata Onah. (Riesty Yusnilaningsih/"PR")***
Comments :
0 komentar to “"Akan Kami Rawat Sebaik-baiknya..."”
Posting Komentar