Kutawaringin Kawasan Olahraga Terpadu


Headline

Jl. Raya Soreang-Cipatik KM. 5,8
Email: kutawaringin@gmail.com
Phone/Fax: +62 22 85873789

Kutawaringin

14 Juli 2009

Mancing Ikan Dulu, Baru Makan Enak

APAKAH santri yang mondok di pesantren harus hidup prihatin? Kalau merujuk kepada kitab-kitab kuning yang diajarkan di pesantren, setidaknya ada imbauan agar para santri yang sedang menuntut ilmu harus hidup prihatin.

Namun, tidak demikian dengan santri di Pesantren As Solehiyah, Kp. Haurhapit, Desa Bojongsari, Kec. Bojongsoang, Kab. Bandung. Para santri harus berusaha setiap hari sekadar untuk mencari lauk pauk karena pihak pesantren hanya menyediakan 10 kg beras per bulannya.

"Semua santri yang mondok atau tinggal di pesantren berasal dari keluarga kurang mampu sehingga kami membebaskan semua biaya pendidikannya," kata pengasuh Pesantren As Solehiyah, K.H. Asep Saefullah (54), di sela-sela acara sosialisasi rehab madrasah ibtidaiyah (MI) di MI Alhidayah Baleendah, Senin (13/7).

Menurut kiai mantan wartawan sezaman dengan Alm. Mahbub Junaidi tersebut, jumlah santri yang mondok sebanyak 22 orang, terdiri atas 10 siswa MTs. (Madrasah Tsanawiyah) dan 12 siswa Madrasah Aliyah (MA). "Para santri yang kami tampung di asrama berasal dari Majalengka, Sumedang, dan Kab. Bandung. Mereka tidak dipungut bayaran apa pun," katanya.

Sebagian besar siswa dan santri yang mondok berasal dari keluarga kurang mampu. Mereka pun dibebaskan dari kewajiban membayar biaya pendidikan. "Bahkan, khusus untuk para santri mondok, kami berikan beras 10 kg per bulan. Pesantren baru mampu memberikan beras tanpa lauk pauknya," ucapnya.

Untuk memenuhi kebutuhan lauk pauk, kata Kiai Asep, para santri memperolehnya dengan berbagai cara. Termasuk memancing ikan di Sungai Citarum atau di kolam ikan milik Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) PDAM Kota Bandung. "Para santri juga biasa mendapatkan sayur mayur dengan membantu penduduk yang sedang panen atau diberi masyarakat sekitar pesantren," katanya.

Apabila para santri sudah tidak bisa mendapatkan lauk pauk, kata Kiai Asep, pesantren pada akhirnya juga akan membantu. "Tapi kami belum bisa setiap hari memberikan bantuan lauk pauk," katanya.

Yayasan As Solehiyah sendiri mengelola TK, MI (SD), MTs., dan MA yang sebagian besar muridnya dari sekitar Kec. Bojongsoang dan Kec. Baleendah. "Saat ini As Solehiyah mendapatkan bantuan dari pemerintah Australia untuk membangun pesantren satu atap dengan dana hampir Rp 700 juta," katanya.

Nasib Al Mukhlashin

Kondisi hampir serupa juga dialami Pesantren Duafa Al Mukhlashin di Kampung Babakan Peuteuy, Desa Ciluncat, Kec. Cangkuang, Kab. Bandung. Setelah usaha sampingan santri berupa foto digital lesu dan kalah bersaing, banyak para santrinya yang menganggur.

"Beberapa tahun lalu usaha foto digital memang laris, tapi sudah setahun ini sepi order. Para santri sudah berusaha sampai ke Banten bahkan Sumatra, namun hasilnya tidak sebanding dengan pengorbanan," kata pengasuh pesantren, Ustaz Muhsyar Ali.

Pesantren berharap ada bantuan untuk berwirausaha di bidang lain sehingga bisa menghidupi pesantren dan para santrinya. "Saat ini jumlah santri di sini 75 orang, sebagian besar mantan anak jalanan. Kalau ada tawaran usaha di bidang lain, pasti akan kami sambut gembira," katanya. (Sarnapi/"PR")***

Comments :

0 komentar to “Mancing Ikan Dulu, Baru Makan Enak”

Posting Komentar

Pengikut

Sponsor

 

Copyright © 2009 by Kecamatan Kutawaringin Powered By Blogger Design by ET