Kutawaringin Kawasan Olahraga Terpadu


Headline

Jl. Raya Soreang-Cipatik KM. 5,8
Email: kutawaringin@gmail.com
Phone/Fax: +62 22 85873789

Kutawaringin

15 Agustus 2009

Jembatan Selat Sunda

FAKTA kebangsaan yang masih dan amat merisaukan setelah lebih dari setengah abad merdeka ialah paradoks Indonesia. Inilah negara dengan karunia maritim yang luar biasa, tetapi dikelola dengan mindset daratan.

Nusantara dengan 18.000 pulau adalah gugus arsipelago terbesar di dunia. Tetapi, pulau-pulau yang nyata-nyata terpisah dan tersebar itu dikelola dalam semangat sistem negara kesatuan yang sentralistis.

Ini semua mungkin sekali menjadi penyebab paradoks berikutnya. Yaitu Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa menjadi miskin luar biasa juga. Indonesia dengan demikian sesungguhnya memiliki semua syarat untuk menjadi hebat.

Impian besar, obsesi besar, dan keberanian besarlah yang mampu menggusur semua paradoks itu. Ini hanya lahir dari sebuah visi yang jauh ke depan, cerdas, dan tepat.

Salah satu mahakarya yang visioner adalah membangun jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatra yang melintasi Selat Sunda sejauh 29 kilometer. Bila terwujud, inilah jembatan terpanjang di dunia.

Prastudi kelayakan jembatan ini oleh sebuah konsorsium yang diprakarsai kelompok Artha Graha telah diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Banten dan Lampung untuk diserahkan kepada Bappenas.

Sebuah perubahan yang dahsyat akan menyusul. Mobilitas barang dan manusia di antara dua pulau yang dihuni 78% penduduk Indonesia dan sumber 80% produk domestik bruto, itu akan meningkat amat pesat.

Banten dan Lampung, dua provinsi yang menjadi tuan rumah Jembatan Selat Sunda, menikmati lonjakan pertumbuhan 7% sampai 12%. Dan, yang tidak kalah pentingnya adalah jembatan ini akan menghasilkan penghematan luar biasa terhadap waktu dan ongkos penyeberangan barang, manusia, dan kendaraan bermotor.

Jembatan ini di kemudian hari, bila dikelola dengan baik termasuk pengelolaan aset-aset di sekitarnya, akan menjadi objek wisata yang memukau. Dan, juga dalam jangka panjang, Selat Sunda akan menjadi alternatif bagi Selat Malaka yang semakin padat dan dangkal. Inilah peluang yang terbuka dan menjanjikan.

Selain mendinamisasi potensi pertumbuhan ekonomi yang sangat besar bagi Jawa dan Sumatra, Jembatan Selat Sunda, menjadi simbol yang lebih nyata terhadap kesatuan Sabang sampai Merauke yang selama ini lebih bersifat ideal dan administratif. Bila kemudian dibangun lagi jembatan penyeberangan yang menghubungkan Jawa dan Bali, negara kesatuan semakin kasatmata dan nyata melalui rantai infrastruktur.

Sebuah mahakarya seperti Jembatan Selat Sunda tidak saja membutuhkan ongkos yang besar, tetapi juga komitmen hukum dan politik yang juga besar dan konsisten. Tidak bisa lagi ganti pemerintah ganti kebijakan.

Jembatan ini nantinya, tidak semata mahakarya dari sisi arsitektur dan teknologi, tetapi menjadi mahakarya karena mengangkat Indonesia ke tingkat peradaban dunia. Kredibilitas yang didapat karena peradaban adalah juga sumber kemakmuran dan martabat.

Hanya, tabiat publik terhadap infrastruktur harus diperhatikan betul. Jangan sampai nasib jembatan ini sama dengan Jembatan Suramadu yang mur dan bautnya dicuri tanpa bisa dicegah sampai hari ini.

Comments :

0 komentar to “Jembatan Selat Sunda”

Posting Komentar

Pengikut

Sponsor

 

Copyright © 2009 by Kecamatan Kutawaringin Powered By Blogger Design by ET