Kutawaringin Kawasan Olahraga Terpadu


Headline

Jl. Raya Soreang-Cipatik KM. 5,8
Email: kutawaringin@gmail.com
Phone/Fax: +62 22 85873789

Kutawaringin

10 Agustus 2009

Kebangkitan Pendidikan

Oleh ARY GINANJAR AGUSTIAN

APABILA mengamati dan mempelajari sejarah kebangkitan bangsa-bangsa di dunia, kita akan bisa menarik benang merah. Kebangkitan bangsa-bangsa tersebut terkait sangat erat dengan proses pendidikan.

Seperti kemajuan peradaban Islam di Andalusia -- saat Eropa berada pada masa kegelapan -- tak lepas dari majunya bidang pendidikan. Ketika perguruan tinggi masih langka, di Andalusia sudah berdiri universitas yang didatangi pemuda dari berbagai negara di dunia. Penerjemahan kitab-kitab sangat digalakkan, bahkan tersedia perpustakaan-perpustakaan yang dilengkapi ribuan buku. Kemajuan itu bisa dilihat dari karya sastra, seni, dan arsitekturnya yang sangat maju. Demikian juga kebangkitan Jepang dipicu oleh adanya Restorasi Meiji, yang sangat mengutamakan kemajuan di bidang pendidikan.

Di Indonesia, momentum yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional juga sangat berkaitan dengan kesadaran akan pentingnya pendidikan. Hari Pendidikan dan Hari Kebangkitan Nasional -- yang keduanya diperingati pada Mei -- merupakan peristiwa bersejarah yang tidak dapat dipisahkan.

Pendirian lembaga pergerakan Boedi Oetomo berawal dari kepedulian para pendirinya terhadap masalah pendidikan. Sebelum memulai pergerakan, mereka menghimpun dana bagi nasib pendidikan anak-anak bangsa. Dokter Wahidin Sudirohusodo kala itu, begitu yakin bahwa pendidikan merupakan solusi utama, guna mengentaskan bangsa dari keterbelakangan dan kemelaratannya.

Sementara Ki Hajar Dewantara atau R.M. Soewardi Soerjaningrat, Bapak Pendidikan Nasional, sebelum secara fokus terjun ke dunia pendidikan dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa, juga terlibat aktif dalam pergerakan melawan penjajah. Ki Hajar Dewantara aktif melalui Boedi Oetomo ataupun Indische Partij, sejak awal kedua organisasi tersebut berdiri.

Ia aktif menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu, mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres Pertama Boedi Oetomo di Yogyakarta, juga diorganisasi oleh tokoh yang dikenal selalu mengenakan pakaian Jawa tersebut. Oleh karena itu, sekolah yang didirikannya pun sangat menekankan rasa kebangsaan kepada siswa-siswanya.

Berdirinya Boedi Oetomo dan Perguruan Taman Siswa tak bisa dimungkiri kemudian menginspirasi dan mengobarkan rasa kebangsaan, sehingga dalam rentang 37 tahun, mengantar bangsa ini menuju gerbang kemerdekaan. Rupanya apa yang dikatakan Paulo Freire bahwa pendidikan bertujuan membebaskan dari keterbelengguan, keterkungkungan, dan keterjajahan, berhasil diraih oleh para pendiri negeri ini (the founding fathers).

Peristiwa kebangkitan itu telah satu abad berlalu. Kini Indonesia, juga negara-negara lainnya, menghadapi persoalan besar yang tak kalah peliknya dibandingkan dengan ketika merebut kemerdekaan. Krisis ekonomi yang melanda dunia, justru bermula di Amerika Serikat yang selama puluhan tahun dikenal sebagai negara adidaya, yang sangat maju dalam bidang ekonomi dan teknologi.

Kapitalisme yang telah melahirkan materialisme ternyata tak dapat membuat Amerika bertahan. Mekanisme pasar yang diterapkan kapitalis cenderung pada pemusatan kekayaan kelompok orang tertentu. Enam puluh tahun lalu, Einstein sudah mengkritik kapitalisme. "Menurut pendapatku, ekonomi kapitalis sekarang ini adalah sumber dari segala kejahatan. Akibatnya, modal swasta menguasai, sampai-sampai tidak dapat dibendung oleh masyarakat yang mengaku demokratis sekali pun. Lebih-lebih lagi, kaum kapitalis secara pasti mengendalikan secara langsung atau tidak langsung sumber-sumber informasi (media dan institusi pendidikan)."

Tentu menghadapi semua masalah, termasuk krisis global, kita harus tetap bersikap optimistis. Untuk bangkit dari krisis, kita bisa belajar dari kehancuran Jepang pasca-Perang Dunia II. Hanya sepuluh tahun setelah pengeboman Hirosima dan Nagasaki, Jepang bisa bangkit kembali menjadi bangsa yang maju.

Robert N. Bellah yang meneliti kebangkitan negara Matahari Terbit itu mengatakan, bangsa Jepang bangkit karena telah menerapkan nilai-nilai Bushido yang ada dalam spirit Tokugawa. Tokugawa mengandung unsur-unsur etika, seperti kejujuran, kedisiplinan, kerja keras, menjunjung tinggi kinerja, menghargai waktu, dan menghargai nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat.

Oleh karena itu, untuk bangkit dari krisis, saatnya dunia pendidikan -- yang sangat berperan dalam perubahan paradigma -- segera berubah pada basis spiritual. Kesadaran spiritualitas akan membangkitkan kekuatan jiwa dan semangat, sehingga mampu mengangkat bangsa dari keterpurukan akibat hantaman krisis global.

Pendidikan yang selama ini masih mengagung-agungkan pencapaian intelektualitas, harus bergeser kepada penanaman nilai-nilai dan karakter anak didik. Nilai tanggung jawab, jujur, peduli, dan kerja sama, juga sama pentingnya dengan upaya meraih nilai akademik.

Semoga kita bisa mewujudkan pendidikan yang membangkitkan! ***

Comments :

0 komentar to “Kebangkitan Pendidikan”

Posting Komentar

Pengikut

Sponsor

 

Copyright © 2009 by Kecamatan Kutawaringin Powered By Blogger Design by ET