Pengantar
Penyebaran flu babi (H1N1) semakin luas. Hingga saat ini, sudah 691 kasus dilaporkan yang "melibatkan" 21 provinsi di Indonesia. Virus H1N1 ini pun dikhawatirkan akan menjelma jadi virus baru jika terjadi "perselingkuhan" antara H1N1 dengan H5N1 (flu burung). Untuk mengetahui kondisi aktual, "PR" bekerja sama dengan Komnas Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemik Influenza (FBPI) menyelenggarakan dialog "Antisipasi Dampak Pandemik Influenza terhadap Bidang Jasa, Pariwisata, dan Perdagangan," di Aula Redaksi "Pikiran Rakyat" Jln. Soekarno-Hatta Bandung, Sabtu (8/8). Hadir sebagai pembicara Kabag Perencanaan dan Hukum Destinasi Pariwisata Departemen Budaya dan Pariwisata Frans Teguh, Koordinator Bidang Surveilans dan Monitoring Komnas FBPI Heru Setijanto, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Gabungan Pengusaha Farmasi Johannes Setijono, serta Wakil Ketua Kadin Jabar Bidang Pariwisata Yahya Mahmud. Berikut petikannya (Laporan terkait di halaman 24).
Redaksi
BANDUNG, (PR).-
Pemerintah dan masyarakat di Jabar diimbau berhati-hati dan bersiaga menghadapi kemungkinan masa puncak penyebaran virus flu H1N1, yang diperkirakan akan terjadi Oktober-November mendatang. Iklim yang memungkinkan terjadinya serangan flu belakangan ini menuntut kewaspadaan atas kemungkinan masa puncak pandemik tahap pertama virus H1N1 di Jabar .
Koordinator Surveilans dan Monitoring Komnas FBPI Heru Setijanto mengatakan, sampai kini, seluruh kasus penularan H1N1 di Indonesia --termasuk di Jabar-- belum mencapai puncak. Alasannya, musim kemarau diperhitungkan masih akan terjadi hingga dua bulan ke depan. Ditengarai, risiko penularan dan wabah flu masih tetap tinggi.
"Berbagai instansi dan lembaga terkait pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota di Jabar, diharapkan segera melakukan aksi terpadu untuk mengantisipasi penyebaran yang lebih luas. Kami menilai, sejauh ini, komisi di berbagai kabupaten/kota di Jabar, masih belum siap. Dengan demikian, perlu koordinasi terpadu dan kekompakan semua pihak," ujarnya.
Ia juga mengimbau berbagai sekolah yang ada di Jabar, terutama pada wilayah yang terjadi banyak serangan flu massal, seperti Bandung, agar sementara meliburkan sekolah. Ini sebagai upaya mencegah penularan virus flu --yang bisa menjadi-- H1N1.
Ia menyebutkan, kesiapsiagaan lebih tinggi kini sudah dilakukan negara-negara di Eropa untuk mengantisipasi pandemik H1N1 pada musim dingin, yang diperkirakan akan muncul Oktober-November. Negara-negara itu menerima pasokan masker sebanyak mungkin.
Sementara itu, kata dia, stok masker di Indonesia justru belum mencukupi, apalagi jika nanti terjadi pandemik flu H1N1. Terlebih lagi, produk masker yang ada kebanyakan hanya bersifat sekali pakai sehingga kurang dapat diandalkan dalam jangka panjang.
Harapan kesiapsiagaan ini juga disebabkan Jabar bersama Banten, DKI, dan Jatim, selaku sentra produksi dan konsumen terbesar unggas. Ini dinilai rawan terjadi wabah meluas H1N1 (flu meksiko/flu babi) yang dikhawatirkan bercampur dengan virus H5N1 (flu burung).
"Ada dua kemungkinan. Jika virus H1N1 (yang sifatnya tak mematikan) bercampur dengan sifat H5N1 (yang lamban menyebar), itu berita bagus. Namun bagaimana jika yang bercampur dari H1N1 adalah penyebarannya yang lebih cepat, bertemu dengan sifat H5N1 yang mematikan, ini kan sangat gawat," katanya.
Menurut dia, upaya pencegahan terjadinya percampuran antara virus influenza A H5N1 (flu burung) dan influenza A H1N1 strain Meksiko harus dilakukan secara baik. Sebab, tidak diketahui kapan percampuran itu akan terjadi, sedangkan potensi ke arah tersebut sangat mungkin.
Kemungkinan lainnya, kata Heru, percampuran justru terjadi pada manusia. Maksudnya, kata dia, tubuh manusia secara bersamaan terinfeksi H1N1 dan H5N1. Untuk itu, pada rumah sakit rujukan sebaiknya terduga H1N1 tidak dicampurkan dengan H5N1.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya percampuran kedua virus tersebut, kata Heru, adalah dengan mengamankan peternakan babi. Pengamanan itu bukan berarti memusnahkan babi, tetapi diupayakan agar peternak atau pegawai di peternakan babi jangan sampai terkena influenza A H1N1. (A-81/A-62)***
Comments :
0 komentar to “Waspadai Puncak Penyebaran H1N1”
Posting Komentar