Kutawaringin Kawasan Olahraga Terpadu


Headline

Jl. Raya Soreang-Cipatik KM. 5,8
Email: kutawaringin@gmail.com
Phone/Fax: +62 22 85873789

Kutawaringin

29 Oktober 2009

Sahana, Penanganan Bencana dengan TI

WILAYAH geografis Indonesia yang berada pada jalur cincin gempa atau cincin api Pasific (ring of fire) adalah area yang terdapat banyak sekali terjadi gempa dan letusan gunung berapi . Oleh karena itu, sudah seharusnya kita siap untuk mencegah atau meminimalisasi dampaknya. Beberapa penyebab tingginya jumlah korban pada saat terjadinya bencana adalah keterbatasan informasi, kepanikan, dan bantuan yang datang terlambat.

Dalam mengatasi masalah ini, aplikasi Mobile Government dapat membantu sebagai salah satu bagian dalam penanganan bencana. Salah satu bentuknya adalah dalam memberikan peringatan atau informasi yang dibutuhkan korban bencana melalui HP. Sebab HP biasanya selalu dibawa oleh pemiliknya dan umumnya diaktifkan 24 jam.

Metode Penentuan Lokasi

Dalam hal ini, pemerintah dapat mengirimkan pesan yang sesuai kepada orang di area bencana atau sekitarnya atau memerintahkan personelnya di daerah yang sama agar membantu mengoordinasikan dalam mengamankan warga. Teknologi LBS (location based services) dalam hal ini menjadi penting untuk dapat mengetahui lokasi orang-orang yang perlu diberi pesan (misalnya peringatan atau instruksi untuk menyelamatkan diri). Selain itu, ada kalanya diperlukan juga untuk menolong korban yang tidak mengetahui lokasinya.

Adapun teknik dalam menentukan posisi secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, network based positioning dan terminal-based positioning. Dalam metode pertama penentuan lokasi dilakukan dengan menggunakan jaringan base station. Jadi perangkat mobile dapat mengirim sinyal atau sinyal ini dideteksi oleh jaringan. Dalam metode kedua lokasi dihitung oleh perangkat mobile berdasarkan sinyal yang diperoleh dari base station contohnya GPS (global positioning system) dalam hal ini base station yang dimaksud adalah satelit GPS.

Base station memiliki posisi yang diketahui. Untuk mengetahui posisi, informasi dari sinyal ditransformasikan ke dalam jarak dan penentuan posisi umumnya berdasarkan jarak ke base station. Dengan GPS dapat diperoleh akurasi yang cukup tinggi (sampai 5 m dari posisi sebenarnya). Akan tetapi, perangkat mobile yang mendukung teknologi ini masih sangat terbatas. Oleh karena itu teknik yang juga umum digunakan adalah network based positioning seperti Cell of Origin (akurasi hingga 100 meter sampai beberapa km), Time of Arrival (akurasi 100-500 m), Enhanced Observed Time Difference (akurasi 100-500 m), Angle of Arival (akurasi 150 m).Sering beberapa teknik ini digabungkan sehingga diperoleh akurasi yang lebih baik.

Penentuan lokasi berdasarkan jaringan memang tidak begitu akurat akan tetapi bencana biasanya melanda wilayah yang luas sehingga sering kali keterbatasan ini bukan masalah besar. Pesan dapat dikirimkan kepada semua pengguna HP yang berada di area tertentu. Akan lebih baik lagi jika semakin banyak data yang diketahui mengenai pengguna HP misalnya saja informasi umur atau profesi sehingga pesan yang dikirim dapat disesuaikan.

Hal ini tentu saja dapat dilakukan tidak hanya dalam situasi bencana alam, tetapi misalnya dalam situasi lain mulai dari serangan teroris sampai trasportasi lalu lintas. Bentuk aplikasi lainnya adalah dalam hal penanganan korban setelah terjadi bencana. Saat seperti ini, bantuan medis adalah salah satu bantuan yang paling penting. Pada 1985 gempa bumi Great Hanshin-Awaji di Jepang mengakibatkan korban meninggal sebanyak 5.488. Berdasarkan data yang dikumpulkan, sekitar 81 persen dari korban meninggal pada 7 jam pertama pada pagi hari setelah gempa. Hal ini menunjukkan begitu pentingnya bantuan disampaikan dalam waktu cepat.

Salah satu sistem informasi yang khusus dibuat untuk tujuan penanganan bencana atau lazim kita sebut Sahana Free and Open Source Disaster Management System yang beralamat di http://www.sahana.lk/.

Sekilas Sahana

Program Sahana sudah digunakan di Amerika Serikat, Srilangka, Philipina, Pakistan, dan sudah pernah diujicobakan untuk implementasikan di Yogyakarta walaupun menghadapi banyak kendala (http://urremote.com/index.php/Deploying_Sahana_For_The_Merapi_Eruption). Itu yang tercatat, namun sebagian besar negara-negara di Asia Pasifik lainnya, sudah menggunakannya. Sebetulnya aplikasi yang dibuat khusus untuk bantuan medis dalam situasi bencana juga pernah dikembangkan dengan kerja sama penelitian yang melibatkan TELKOMRisti, peneliti dari University of Electro-Communication (UEC) dan National Institute of Communication Technology dari Jepang, Rumah Sakit Hasan Sadikin dan Direktorat Pos dan Telekomunikasi Indonesia serta BPPT pada 2006 (http://www.apt.int/Program/ICT/WebHRDICT/Batch-6/EMCIS.pdf).

Nama Sahana diambil dari bahasa Srilangka yang berarti harapan. Indonesia menjadi negara ke-4 yang menerapkan Sahana sebagai aplikasi free open source software (FOSS) berbasis GIS (geographic information system) untuk penanganan bencana. Aplikasi ini nantinya akan dihubungkan dengan sistem Tsunami Early Warning System (TEWS), selain data informasi kebencanaan lainnya. Program Sahana mulai dikembangkan sejak 2004, setelah bencana tsunami menimpa beberapa negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia.

Awalnya, program ini direncanakan ditempatkan di badan-badan pemerintah yang khusus menangani bencana, termasuk institusi kemanusiaan. Sebuah organisasi non-pemerintah asal Srilangka, Lanka Software Foundation diserahi tugas untuk menyebarluaskan peranti lunak ini ke tingkat global. Beberapa kasus bencana, seperti bencana gempa di Pakistan (2005), banjir longsor di Filipina (2006), serta gempa bumi di Yogyakarta (2006), telah "mencicipi" aplikasi tersebut dalam rangka penanganan pascabencana.

Sistem ini dapat dijalankan pada beberapa platform seperti GNU/Linux, Windows XP, Mac OS X dan FreeBSD. Sahana juga tersedia dalam bentuk CD dan Live CD (dapat dioperasikan tanpa harus diinstal terlebih dulu di komputer). Sistem ini mudah diperoleh dan siapapun dapat mengakses secara gratis. Namun, Sahana lebih bermanfaat digunakan dalam suatu kelompok atau intitusi, karena harus dikuasai oleh orang yang memiliki keahlian khusus. Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang sering dilanda bencana alam dan non-alam.

Saat ini, pemanfaatan sistem informasi manajemen bencana sudah ada, namun banyak dari sistem tersebut masih merupakan sistem peranti lunak berbayar (proprietary). Padahal, komunitas di dunia telah banyak memanfaatkan geographic information systems (GIS) berbasis FOSS (free open source software). GIS merupakan salah satu teknologi yang telah terbukti berguna untuk manajemen bencana. Wajar bila kemudian Indonesia pada 2008 silam, mulai menerapkan Sahana sebagai aplikasi free open source software berbasis GIS untuk penanganan bencana.***

Toni Irawan, praktisi IT

Comments :

0 komentar to “Sahana, Penanganan Bencana dengan TI”

Posting Komentar

Pengikut

Sponsor

 

Copyright © 2009 by Kecamatan Kutawaringin Powered By Blogger Design by ET