BOLEH jadi, tahun 2010 sebagai tahun pahit bagi petani, terkait subsidi pupuk nasional bakal dipangkas secara mencolok. Dari semula subsidi Rp 17,5 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 11,29 triliun pada tahun 2010. Dengan dipangkasnya subsidi ini, harga pupuk bersubsidi pada tahun 2010 bakal meningkat yang berarti melambungkan biaya produksi pertanian.
"Bagi petani yang selama ini menggunakan pupuk kimia, seperti urea sejak sekarang harus ancang-ancang. Karena pada tahun 2010 nanti mereka tak bisa lagi mendapatkan pupuk bersubsidi dengan harga seperti sekarang," kata Ketua Asosiasi Pengecer Pupuk Kab. Cianjur (APPKC), Adang Herry Pratidi, di ruang kerjanya, Jumat (6/11).
Dikuranginya subsidi pupuk sekira 30% atau Rp 6 triliun ini akan berbuntut panjang. Yang merasakan beban bukan hanya petani, melainkan masyarakat juga. Sebab dengan berkurangnya subsidi, biaya produksi petani seperti petani gabah atau padi bakal melambung, yang ujung-ujungnya, sebut Adang, harga beras yang menjadi konsumsi utama masyarakat naik pula.
Dijelaskannya, harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sekarang sampai ke tangan petani Rp 1.200,00 per kilogram. Jika memakai asumsi penarikan subsidi sekitar 30%, HET pupuk bersubsidi nantinya naik 30% atau menjadi sekitar Rp 1.600,00/kg. Ini artinya biaya produksi petani bakal meningkat pula 30% itu dan kenaikan harga jual beras di pasaran tak bisa dielakkan lagi.
Pihaknya sendiri memberi masukan kepada pemerintah pusat melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (PP) Kab. Cianjur. Masukan ini berupa langkah-langkah yang harus diambil pemerintah agar tidak terlalu memberatkan petani pengguna pupuk. Langkah ini di antaranya menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) atas gabah yang berdasarkan Inpres No.1/2008 harga Gabah Kering Panen (GKP) Rp 2.200,00/kg dan harga Gabah Kering Giling (GKG) Rp 2.840,00/kg. "Kenaikan HPP ini sekurang-kurangnya 30% dari HPP asal dan yang lebih penting pemerintah benar-benar membeli gabah dari petani. Jangan sampai bertani padi yang dibiayainya dengan mahal, tetapi setelah dipanen pemerintah membiarkannya," ujar Adang.
Solusi lainnya yang bisa diambi, timpal Kepala Dinas PP Kab. Cianjur, Moch. Ginanjar, pertanian memperbanyak pengunaan pupuk organik. Karena pemakaian pupuk organik lebih menguntungkan petani. Tingkat produksi hasil pupuk organik takkan kalah dengan hasil pupuk kimia. Malah jika pandai mengolahnya hasilnya jauh lebih tinggi ketimbang memakai pupuk kimia.
Begitupun harga pupuk organik, urainya, relatif murah ketimbang pupuk kimia dan kesuburan lahan yang memakai pupuk organik bertahan lama, bahkan abadi. "Jadi jika nanti harga pupuk kimia melambung tinggi, salah satu solusinya petani bisa menggunakan pupuk organik," ucapnya, di ruang kerjanya, Kamis (5/11). (PK-4)***
Comments :
0 komentar to “Pupuk Bersubsidi Dikurangi 2010, Tahun Tantangan Bagi Petani”
Posting Komentar