SOREANG, (PR).-
Implementasi Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Area/FTA) ASEAN-China mulai 1 Januari 2010 dikhawatirkan akan memukul industri kecil dan menengah di Kab. Bandung, terutama industri tekstil dan produk tekstil (TPT).
Ketua II Persatuan Pengusaha Tekstil Majalaya (PPTM) Deden Suwega ketika ditemui di pabriknya di Jln. Rancajigang Kec. Majalaya, Kab. Bandung, Senin (4/1), mengatakan, dampak FTA terhadap pasar tekstil di Majalaya diperkirakan cukup besar. Hal itu setidaknya terlihat dari tiga faktor, yaitu teknologi mesin, benang, dan tenaga kerja.
"Untuk mesin, mereka bisa memproduksi sendiri. Sementara kita hanya mengandalkan mesin impor dari negara lain," ucap Deden. Selama dua tahun terakhir, pabrik-pabrik tekstil di Majalaya setidaknya mengimpor tiga ratus unit mesin dari Cina. Jumlah UKM yang bergerak di bidang tekstil dan produk tekstil di Kec. Majalaya, Paseh, Ibun, dan Solokanjeruk, sekitar 150 perusahaan.
"Untuk bahan baku berupa benang, Cina kini sudah mulai menanam kapas sendiri, sementara kita 95 persen masih impor. Lagi pula di sana tenaga kerja lebih murah, dan pajaknya lebih rendah. Dilihat dari faktor itu saja kita sudah kalah bersaing," kata Deden menjelaskan.
Membanjirnya produk Cina dengan harga yang lebih murah di pasaran dalam negeri ketika FTA benar-benar diimplementasikan, kata Deden, awalnya hanya akan berdampak langsung terhadap industri menengah dan besar. "Namun, sangat mungkin industri menengah dan besar tersebut akhirnya menurunkan kualitas dan kemudian mengerjakan apa yang selama ini dibuat oleh industri kecil, sehingga dampaknya akan juga dirasakan oleh industri kecil," ucapnya.
Omzet menurun
Dia mengakui, sejak beberapa bulan terakhir pabrik yang dikelolanya mengalami penurunan omzet. "Gejolak pasar juga sudah bisa terlihat sejak tiga bulan belakangan. Banyak pedagang yang menunggu dan melihat bagaimana pasar tekstil pada bulan Januari. Akibatnya ada beberapa pesanan yang dihentikan atau ditunda," kata Deden.
Untuk menyiasatinya, menurut Deden, industri tekstil dan produk tekstil di Kab. Bandung sebaiknya menyiasati pasar dengan produk-produk yang khas. "Penanaman rasa cinta terhadap produk dalam negeri mau tidak mau harus benar-benar dilakukan," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kab.Bandung Bambang Budiraharjo mengatakan, akan melakukan rapat kerja dengan SKPD terkait untuk membahas mengenai dampak FTA dan perdagangan di Kab. Bandung, hari ini (5/1). "Sebelumnya saya sudah sampaikan ke beberapa camat agar mengantisipasi hal itu," kata Bambang.
Dengan membanjirnya produk luar negeri secara legal, Bambang mengakui akan berdampak besar terhadap industri di Kab. Bandung. "Saingan terberat tetap Cina, apalagi dengan harganya yang murah. Kalau kualitas, saya optimistis kita masih bisa bersaing," ucapnya. (A-175)***
Comments :
0 komentar to “Perdagangan Bebas Ancam Tekstil Majalaya”
Posting Komentar