Kutawaringin Kawasan Olahraga Terpadu


Headline

Jl. Raya Soreang-Cipatik KM. 5,8
Email: kutawaringin@gmail.com
Phone/Fax: +62 22 85873789

Kutawaringin

05 Juni 2009

Meredam Kekecewaan

Oleh H. MUHTAR GANDAATMAJAKITA sangat maklum bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini akan binasa (Q.S. Ar-Rohman 26), berubah, bergeser, dan berganti. Hari ini kita berbahagia karena dilimpahi kemewahan dan kekayaan, yaitu menduduki singgasana kekuasaan, atau karena dianugerahi penghormatan dan kemuliaan. Meskipun demikian, waspadalah! Mungkin saja besok hari berubah sebaliknya, yaitu penderitaan, cemoohan, dan hinaan. Inilah dunia. Siapa pun yang memaklumi keberadaan ini, batinnya akan merasa tenang, tenteram, nyaman, dan aman. Orang yang tidak mampu membaca suratan alam ini, akan menuai kekecewaan dan penderitaan.

"Agama ini akal, tidak ada agama bagi yang tidak berakal," demikian sabda Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, apa pun yang dapat menjadi penyebab rusaknya akal pikiran, wajib dihindari. Banyak hal menjadi biang penyebab rusaknya akal. Mungkin karena salah mengonsumsi makanan, minuman, atau obatan-obatan yang merusak jaringan saraf, seperti minuman keras dan narkoba atau karena sebab lain yang berhubungan dengan masalah batin, misalnya rasa kecewa. Perasaan kecewa ini tidak bisa dianggap sepele. Jika tidak segera di atasi, akan berubah menjadi depresi, yaitu sikap kemurungan (kesedihan, patah semangat) yang ditandai perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang.

Pada kasus patologis, terdapat ketidakmampuan ekstrem untuk mereaksi terhadap perangsang, disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu dan putus asa (lihat Kamus Lengkap Psikologi). Sikap ini akan melahirkan ketertekanan batin jangka panjang (stres). Stres sangat berbahaya, bukan saja pada kesehatan jiwa, tetapi juga berakibat fatal terhadap kesehatan fisik seseorang. Para ahli di bidang ilmu ini menyebutnya penyakit psychosomatic, yaitu satu penyakit yang disebabkan oleh satu kombinasi dari faktor organis dan psikologis. Rasulullah saw. bersabda, "Ingatlah bahwa dalam tubuh manusia itu ada mudghoh (segumpal daging), apabila mudghoh itu sehat, sehatlah seluruh tubuh, tetapi jika mudghoh itu sakit, sakitlah seluruh tubuh. Ingatlah yang demikian itu adalah qolbu, hati." (H.R. Atturmudzi)

Agama memberikan tuntunan yang sangat mendasar, bagaimana caranya agar kita bisa mengatasi masalah ini, antara lain pertama, hendaknya bisa menghindari keinginan yang berlebihan. Para arif bijaksana menyimpulkan, kebahagiaan itu bukan karena telah memperoleh apa yang kita inginkan, tetapi karena kita sanggup menekan keinginan. Keinginan yang berlebihan disebut tuulul amal, panjang angan-angan. Inilah penyebab kehancuran. Rasul saw. bersabda, "Awal bagi kebaikan umat ini adalah zuhud dan yakin dan akhir kehancuran umat ini adalah kikir dan tuulul amal. Rasul bertanya kepada para sahabatnya, ’Apakah kalian ingin masuk surga?’ Sahabatnya menjawab: ’Tentu saja, ya Rasulallah!’ Sabdanya, ’Kurangi keinginan dan malulah kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu’!"

Kedua, kita tidak akan kecewa jika menyikapi dunia ini sebagai hal yang serbanisbi. Alquran menyebutnya la`ibun walahwun, dunia ini hanya permainan dan senda gurau (Q.S. Al-Hadid: 20). Doa Rasul yang pendek cukup indah, agar kita tidak dipermainkan dunia, Nabi saw. bersabda, "Allahummaj`al liddunya fii aidina, wala taj`alid dunya fii qulubinaa. Ya Allah, jadikanlah dunia dalam genggaman kekuasaanku dan janganlah jadikan dunia menguasai hatiku."

Ketiga, optimisme yang berlebihan. Kita punya anggapan bahwa karena apa yang kita lakukan ini atas dasar perencanaan yang matang, ditata dengan baik, dan bisa dipertanggungjawabkan, maka pasti berhasil! Namun, kita lupa bahwa kita adalah makhluk yang punya keterbatasan. Mukmin yang baik punya keyakinan adanya Zat Tempat Bergantung, Berpasrah, dan Bertawakal, yaitu Allah Yang Mahasempurna. Mukmin yang baik sadar diri akan kekurangannya. Dalam doa istikharah, ada kalimat yang mengajarkan kita supaya tidak terlalu percaya diri, tetapi kita harus tahu diri. Penggalan kalimat doa itu antara lain berbunyi, "Ya Allah, tentu Engkau sangat mengetahui, seandainya urusan ini baik untukku, duniaku, agamaku, kehidupanku, dan untuk agamaku, jadikanlah untukku. Seandainya hal ini tidak baik bagiku, kehidupanku, duniaku, dan agamaku, gantikanlah ya Allah dan takdirkan yang lebih baik bagiku." Layak disimak nasihat Nabi Dawud a.s., kepada putranya. Beliau bersabda, "Wahai anakku, sesungguhnya menjadi dalil (bukti) takwanya seseorang itu ada tiga hal, (yaitu) hendaknya bertawakal kepada apa yang belum kau peroleh, hendaknya rida kepada apa yang telah kau peroleh, dan bersabar atas lepasnya apa yang telah kau peroleh."

Keempat, kekecewaan itu erat hubungannya dengan keikhlasan. Allah berfiman, "Maka barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Tuhannya (ibadah), hendaklah mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (Q.S. Kahfi: 110). "Tidaklah mereka diperintah untuk menyembah Allah, kecuali dengan ikhlas menaatinya…" (Q.S. Al-bayyinah: 5). Dalam hadis disebutkan, orang yang beribadah karena mengharap selain Allah termasuk syirik. "Sesungguhnya yang paling aku takuti dari yang aku takuti adalah syirkul ashghor, syirik kecil. Sahabat bertanya, apa itu syirik kecil ya Rasulallah? Sabdanya, "Ria."

Orang ikhlas pasti beribadah dan beramal salehnya tidak mengharapkan imbalan dari siapa pun, selain berharap balasan yang besar dan mulia dari Allah Swt. Ia yakin, "Wamaa taf`alu min khoirin ya`lamhullah. Tak ada satu pun amal yang kita lakukan yang tidak diketahui Allah." (Q.S. Al-baqarah: 197). Orang yang ia santuni mengucapkan terima kasih atau tidak, ia tetap bahagia. Lain halnya dengan orang yang tidak ikhlas. Ia kecewa berat jika yang ia santuni tidak membalas kebaikannya. Syekh Assamarqondi, dalam kitabnya Tanbihul Ghofilin, mengilustrasikan orang tidak ikhlas itu seperti seseorang yang pergi ke pasar dengan bangga memperlihatkan kepada orang-orang bahwa saku bajunya penuh dengan uang, padahal isinya batu. Ia hanya bangga mendustai orang-orang, padahal ketika akan digunakan, sangat tidak bermanfaat sama sekali. Wallahu a`lam!

Penulis, Ketua KBIH Al-Hijaz dan Ketua Forum Komunikasi KBIH Kota Bandung.

Comments :

0 komentar to “Meredam Kekecewaan”

Posting Komentar

Pengikut

Sponsor

 

Copyright © 2009 by Kecamatan Kutawaringin Powered By Blogger Design by ET