BERBAGAI cara dilakukan untuk memperluas cakupan Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas). Pemkab Bandung menggunakan bangunan SD untuk menampung siswa-siswa SMP. Namun, karena masih sementara, minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sana, masih kecil.
Seperti di SMPN 2 Solokanjeruk dan SMPN 3 Pacet yang masih menumpang di SD, baru memiliki 42 siswa. Kedua SMP itu merupakan paket pembangunan tiga belas SMPN baru di Kab. Bandung, namun baru lima SMPN yang gedungnya akan dibangun tahun 2009 ini.
"Pada Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2009/2010 yang masih berlangsung, sudah ada enam belas siswa yang mendaftar," kata Kepala SMPN 2 Solokanjeruk, Wasid Ruhaendi, di ruang kerjanya, Kamis (2/7).
Padahal, SMPN-SMPN lain sudah banyak peminatnya, termasuk SMPN 2 Arjasari yang sudah berjalan dua tahun terakhir ini. Gedung SMPN 2 Arjasari yang sudah dilengkapi masjid itu terlihat megah di tengah hamparan areal persawahan.
Menurut Wasid, sebagai SMP baru yang belum memiliki fasilitas tersendiri, pihak sekolah harus bersabar. "Kami harus merintis dari bawah. Rencananya, Pemkab Bandung akan membangun gedung SMPN 2 Solokanjeruk di Desa Bojongemas," ujarnya.
Meski begitu, Wasid kembali harus bersabar karena tahun 2009 ini belum ada anggaran untuk pembangunan gedung SMPN 2 Solokanjeruk. "Dalam APBD 2009, Pemkab Bandung mengalosikan dana untuk pembangunan gedung SMPN 4 Rancaekek, SMPN 2 Cilengkrang, SMPN 3 Baleendah, dan SMPN 3 Paseh," kata Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kab. Bandung Drs. Juhana, M.M.Pd., ketika dihubungi melalui telefon.
Juhana mengakui, Pemkab Bandung sudah merencanakan pembangunan tiga belas SMPN baru, namun diusahakan tidak mengganggu keberadaan SMP/MTs. swasta. "Sekolah swasta menjadi mitra pemerintah sehingga harus sama-sama maju," katanya.
Anggota Komisi D DPRD Kab. Bandung Drs. H. Dadang Rusdiana mengaku prihatin karena masih banyak SMPN yang menumpang karena belum memiliki gedung sendiri. "Pendirian SMPN baru harus didukung dengan studi kelayakan sehingga lokasinya strategis. Tidak seperti saat ini, banyak SMPN yang lokasinya jauh dan tidak ada sarana transportasi umum yang melintasinya," katanya.
Pemkab Bandung juga perlu memperhatikan daya dukung calon siswa lulusan SD/MI dan SMP/MTs. swasta yang lebih dulu ada. "Jangan sampai pendirian SMPN baru malah mematikan SMP/MTs. swasta. Bahkan, bisa jadi SMPN baru lambat laun kehabisan siswa, karena tidak didukung pasokan dari SD/MI sekitar," katanya. (Sarnapi/"PR")***
Seperti di SMPN 2 Solokanjeruk dan SMPN 3 Pacet yang masih menumpang di SD, baru memiliki 42 siswa. Kedua SMP itu merupakan paket pembangunan tiga belas SMPN baru di Kab. Bandung, namun baru lima SMPN yang gedungnya akan dibangun tahun 2009 ini.
"Pada Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2009/2010 yang masih berlangsung, sudah ada enam belas siswa yang mendaftar," kata Kepala SMPN 2 Solokanjeruk, Wasid Ruhaendi, di ruang kerjanya, Kamis (2/7).
Padahal, SMPN-SMPN lain sudah banyak peminatnya, termasuk SMPN 2 Arjasari yang sudah berjalan dua tahun terakhir ini. Gedung SMPN 2 Arjasari yang sudah dilengkapi masjid itu terlihat megah di tengah hamparan areal persawahan.
Menurut Wasid, sebagai SMP baru yang belum memiliki fasilitas tersendiri, pihak sekolah harus bersabar. "Kami harus merintis dari bawah. Rencananya, Pemkab Bandung akan membangun gedung SMPN 2 Solokanjeruk di Desa Bojongemas," ujarnya.
Meski begitu, Wasid kembali harus bersabar karena tahun 2009 ini belum ada anggaran untuk pembangunan gedung SMPN 2 Solokanjeruk. "Dalam APBD 2009, Pemkab Bandung mengalosikan dana untuk pembangunan gedung SMPN 4 Rancaekek, SMPN 2 Cilengkrang, SMPN 3 Baleendah, dan SMPN 3 Paseh," kata Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kab. Bandung Drs. Juhana, M.M.Pd., ketika dihubungi melalui telefon.
Juhana mengakui, Pemkab Bandung sudah merencanakan pembangunan tiga belas SMPN baru, namun diusahakan tidak mengganggu keberadaan SMP/MTs. swasta. "Sekolah swasta menjadi mitra pemerintah sehingga harus sama-sama maju," katanya.
Anggota Komisi D DPRD Kab. Bandung Drs. H. Dadang Rusdiana mengaku prihatin karena masih banyak SMPN yang menumpang karena belum memiliki gedung sendiri. "Pendirian SMPN baru harus didukung dengan studi kelayakan sehingga lokasinya strategis. Tidak seperti saat ini, banyak SMPN yang lokasinya jauh dan tidak ada sarana transportasi umum yang melintasinya," katanya.
Pemkab Bandung juga perlu memperhatikan daya dukung calon siswa lulusan SD/MI dan SMP/MTs. swasta yang lebih dulu ada. "Jangan sampai pendirian SMPN baru malah mematikan SMP/MTs. swasta. Bahkan, bisa jadi SMPN baru lambat laun kehabisan siswa, karena tidak didukung pasokan dari SD/MI sekitar," katanya. (Sarnapi/"PR")***
Comments :
0 komentar to “SMP Negeri Menumpang di SD...”
Posting Komentar