SOREANG, (PR).-
Memasuki musim kemarau, Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kab. Bandung mengimbau petani yang kesulitan memperoleh air untuk sawahnya agar mengganti komoditas yang ditanam. Salah satu alternatifnya adalah menanam tembakau yang tidak memerlukan air dalam jumlah banyak selama masa tanamnya.
Menurut Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kab. Bandung Tisna Umaran, selain tidak membutuhkan air dalam jumlah banyak, tembakau memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
"Pasar internasional tetap mengajukan permintaan yang cukup tinggi untuk tembakau. Bahkan, dikatakan, kualitas tembakau Indonesia lebih baik bila dibandingkan dengan produksi Brasil yang selama ini menjadi pemasok utama kebutuhan tembakau AS dan Inggris," kata Tisna, ketika ditemui di ruang kerjanya, Jumat (31/7).
Mulai tahun ini, Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kab. Bandung menjalin kerja sama dengan pengekspor dari CV Trisno Adi untuk memasarkan tembakau petani Kab. Bandung tanpa menentukan kuota banyaknya komoditas yang akan ditampung. "Dengan kata lain, semua yang dihasilkan petani akan mereka tampung," ujar Tisna.
Kesepakatan untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional, otomatis, mendatangkan konsekuensi berupa pemenuhan standar kualitas yang tinggi. Jika selama ini petani masih menghasilkan tembakau untuk rajangan sebagai bahan baku pembuatan rokok, mulai tahun ini pola itu akan diubah.
"Kami dorong mereka agar tidak lagi mengelola lahannya secara konvensional. Dengan demikian, tembakau yang dihasilkan masih dalam bentuk lembaran dan bisa dipanen sekaligus dari setiap batang pohonnya. Tembakau yang ditanam pun akan diarahkan ke jenis white burley yang diminati pasar internasional," katanya.
Sejauh ini, 7 hektare lahan yang berlokasi di Kec. Arjasari, Katapang, dan Pacet sudah siap. Secara bertahap, petani yang ada di wilayah lain pun akan terus dirangsang untuk menerapkan hal yang sama.
Tisna menyadari, upaya mengubah pola pikir dan perilaku petani tidak bisa terealisasi dalam waktu cepat. Sedikitnya butuh waktu 2-3 tahun untuk proses adopsi inovasi tersebut. Terlebih jika mereka masih menimbang untung dan ruginya, sebab biaya produksi tiap satu hektare tembakau tujuh kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan padi. "Namun, jika mereka menyadari potensi ekonominya, pasti mereka akan tergiur untuk mengambil langkah serupa," ujarnya. (A-184)***
Comments :
0 komentar to “Petani Diimbau Menanam Tembakau”
Posting Komentar