NUR Siti (14) termenung ketika dihampiri. Siswi kelas IX SMP itu menatap dua kandang berisi empat sapi di dekatnya. "Itu rumah saya sekarang," ujar Nur, ketika ditemui di RT 006 RW 04 Kp. Bojongwaru Desa Margamulya, Kec. Pangalengan, Kab. Bandung, Jumat (27/11).
Rumah yang dimaksud Nur, adalah tenda berukuran 3 x 6 meter persegi. Tak seperti tenda lain yang umumnya berada di tengah perkebunan, tenda tersebut berjarak hanya satu meter dari kandang sapi.
"Setiap pagi pasti bau kotoran sapi. Apalagi musim hujan begini, kadang-kadang kotorannya merembes masuk ke dalam tenda," ucap Nur, sambil menoleh kepada ayahnya, Ajang Karlina (50).
Yang ditoleh kemudian bercerita, sebelum hancur akibat gempa, rumahnya berada sekitar 100 meter dari kandang sapi. "Kalau dibilang nelangsa ya memang nelangsa, apalagi tinggal dekat kandang sapi punya adik saya ini," kata ayah enam anak dan kakek dua cucu itu.
Ia berharap agar bantuan untuk membangun rumah cepat turun. "Jangan hanya janji-janji. Sekarang sudah hampir tiga bulan dan kami masih ada di tenda," ujar Ajang.
Keresahan yang sama dirasakan warga RT 005 RW 22 Kp. Bojongwaru, Waryo (45). Baru dua hari, ia tinggal di dalam tenda. "Sebelumnya saya tinggal di kandang kambing," ucapnya, ketika ditemui di tendanya, Jumat (27/11). Rumah Waryo rusak berat akibat diguncang gempa awal September lalu.
Ayah empat anak ini mengaku memiliki lima ekor kambing. "Setelah gempa, kambing itu dijual untuk makan sehari-hari. Kandangnya kami tempati, termasuk oleh menantu dan cucu saya yang berusia lima bulan," ucap Waryo.
Untungnya, Waryo mendapat bantuan tenda dari warga lain. "Lumayan lah, daripada tinggal di kandang," kata istri Waryo, Lilis (42), sambil berharap agar bantuan dari pemerintah bisa segera cair. (Endah Asih/"PR")***
Salam kenal dari Desa Blederan Mojotengah Wonosobo Jawa Tengah